TVET INDONESIA SELAMAT DATANG DI BLOG TVET INDONESIA TVET INDONESIA

Jumat, 21 April 2017

DAMPAK TEKNOLOGI TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL

Perubahan sosial dapat diartikan sebagai segala perubahan pada lembaga-lembaga sosial dalam suatu masyarakat. Perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial itu selanjutnya mempunyai pengaruhnya pada sistem-sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, pola-pola perilaku ataupun sikap-sikap dalam masyarakat itu yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial.
Masih banyak faktor-faktor penyebab perubahan sosial yang dapat disebutkan, ataupun mempengaruhi proses suatu perubahan sosial. Kontak-kontak dengan kebudayaan lain yang kemudian memberikan pengaruhnya, perubahan pendidikan, ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu, penduduk yang heterogen, tolerasi terhadap perbuatan-perbuatan yang semula dianggap menyimpang dan melanggar tetapi yang lambat laun menjadi norma-norma, bahkan peraturan-peraturan atau hukum-hukum yang bersifat formal.
Perubahan itu dapat mengenai lingkungan hidup dalam arti lebih luas lagi, mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola keperilakuan, strukturstruktur, organisasi, lembaga-lembaga, lapisan-lapisan masyarakat, relasi-relasi sosial, sistem-sistem komunikasi itu sendiri. Juga perihal kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, kemajuan teknologi dan seterusnya.
Ada pandangan yang menyatakan bahwa perubahan sosial itu merupakan suatu respons ataupun jawaban dialami terhadap perubahan-perubahan tiga unsur utama :
1. Faktor alam
2. Faktor teknologi
3. Faktor kebudayaan
Kalau ada perubahan daripada salah satu faktor tadi, ataupun kombinasi dua diantaranya, atau bersama-sama, maka terjadilah perubahan sosial. Faktor alam apabila yang dimaksudkan adalah perubahan jasmaniah, kurang sekali menentukan perubahan sosial. Hubungan korelatif antara perubahan slam dan perubahan sosial atau masyarakat tidak begitu kelihatan, karena jarang sekali alam mengalami perubahan yang menentukan, kalaupun ada maka prosesnya itu adalah lambat. Dengan demikian masyarakat jauh lebih cepat berubahnya daripada perubahan alam. Praktis tak ada hubungan langsung antara kedua perubahan tersebut. Tetapi kalau faktor alam ini diartikan juga faktor biologis, hubungan itu bisa di lihat nyata. Misalnya saja pertambahan penduduk yang demikian pesat, yang mengubah dan memerlukan pola relasi ataupun sistem komunikasi lain yang baru. Dalam masyarakat modern, faktor teknologi dapat mengubah sistem komunikasi ataupun relasi sosial. Apalagi teknologi komunikasi yang demikian pesat majunya sudah pasti sangat menentukan dalam perubahan sosial itu.

A. Proses Perubahan Sosial
Proses perubahan sosial terdiri dari tiga tahap barurutan : (1) invensi yaitu proses di mana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan, (2) difusi, ialah proses di mans ide-ide baru itu dikomunikasikan ke dalam Sistem sosial, dan (3) konsekwensi yakni perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem social sebagai akibat pengadopsian atau penolakan inovasi. Perubahan terjadi jika penggunaan atau penolakan ide baru itu mempunysi akibat. Karena itu perubahan sosial adalah akibat komunikasi sosial.
Beberapa pengamat terutama ahli anthropologi memerinci dua tahap tambahan dalam urutan proses di atas. Salah satunya ialah pengembangan inovasi yang terjadi telah invensi sebelum terjadi difusi. Yang dimaksud ialah proses terbentuknya ide baru dari suatu bentuk hingga menjadi suatu bentuk yang memenuhi kebutuhan audiens penerima yang menghendaki. Kami tidak memaaukkan tahap ini karena ia tidak selalu ada. Misalnya, jika inovasi itu dalam bentuk yang siap pakai. Tahap terakhir yang terjadi setelah konsekwensi, adalah menyusutnya inovasi, ini menjadi bagian dari konsekwensi.
Yang memicu terjadinya perubahan dan sebaliknya perubahan sosial dapat juga terhambat kejadiannya selagi ada faktor yang menghambat perkembangannya. Faktor pendorong perubahan sosial meliputi kontak dengan kebudayaan lain, sistem masyarakat yang terbuka, penduduk yang heterogen serta masyarakat yang berorientasi ke masa depan. Faktor penghambat antara lain sistem masyarakat yang tertutup, vested interest, prasangka terhadap hal yang baru serta adat yang berlaku.
Perubahan sosial dalam masyarakat dapat dibedakan dalam perubahan cepat dan lambat, perubahan kecil dan besar serta perubahan direncanakan dan tidak direncanakan. Tidak ada satu perubahan yang tidak meninggalkan dampak pada masyarakat yang sedang mengalami perubahan tersebut. Bahkan suatu penemuan teknologi baru dapat mempengaruhi unsur-unsur budaya lainnya. Dampak dari perubahan sosial antara lain meliputi disorganisasi dan reorganisasi sosial, teknologi serta cultural.

B. Penyebab Perubahan Sosial
1. Dari Dalam Masyarakat
Mobilitas Penduduk
Mobilitas penduduk ini meliputi bukan hanya perpindahan penduduk dari desa ke kota atau sebaiiknya, tetapi juga bertambah dan berkurangnya penduduk
Penemuan-penemuan baru (inovasi)
Adanya penemuan teknologi baru, misalnya teknologi plastik. Jika dulu daun jati, daun pisang dan biting (lidi) dapat diperdagangkan secara besar-besaran maka sekarang tidak lagi.
Suatu proses sosial perubahan yang terjadi secara besar-besaran dan dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama sering disebut dengan inovasi atau innovation. Penemuan-penemuan baru sebagai sebab terjadinya perubahan-perubahan dapat dibedakan dalam pengertian-pengertian Discovery dan Invention
Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan baru baik berupa alat ataupun gagasan yang diciptakan oleh seorang individu atau serangkaian ciptaan para individu.
Discovery baru menjadi invention kalau masyarakat sudah mengakui dan menerapkan penemuan baru itu.
Pertentangan masyarakat
Pertentangan dapat terjadi antara individu dengan kelompok atau antara kelompok dengan kelompok.
Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi
Pemberontakan dari para mahasiswa, menurunkan rezim Suharto pada jaman orde baru. Munculah perubahan yang sangat besar pada Negara dimana sistem pemerintahan yang militerisme berubah menjadi demokrasi pada jaman refiormasi. Sistem komunikasi antara birokrat dan rakyat menjadi berubah (menunggu apa yang dikatakan pemimpin berubah sebagai abdi masyarakat).
2. Dari Luar Masyarakat
Peperangan
Negara yang menang dalam peperangan pasti akan menanamkan nilai-nilai sosial dan kebudayaannya.
Lingkungan
Terjadinya banjir, gunung meletus, gempa bumi, dll yang mengakibatkan penduduk di wilayah tersebut harus pindah ke wilayah lain. Jika wilayah baru keadaan alamnya tidak sama dengan wilayah asal mereka, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan di wilayah yang baru guna kelangsungan kehidupannya.
Kebudayaan Lain
Masuknya kebudayaan Barat dalam kehidupan masyarakat di Indonesia menyebabkan terjadinya perubahan.

C. Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial
1. Faktor-faktor Pendorong
Intensitas hubungan/kontak dengan kebudayaan lain
Tingkat Pendidikan yang maju
Sikap terbuka dari masyarakat
Sikap ingin berkembang dan maju dari masyarakat
2. Faktor-faktor Penghambat
Kurangnya hubungan dengan masyarakat luar
Perkembangan pendidikan yang lambat
Sikap yang kuat dari masyarakat terhadap tradisi yang dimiliki
Rasa takut dari masyarakat jika terjadi kegoyahan (pro kemapanan)
Cenderung menolak terhadap hal-hal baru

D. Dampak Akibat Perubahan Sosial
Arah perubahan meliputi beberapa orientasi, antara lain (1) perubahan dengan orientasi pada upaya meninggalkan faktor-faktor atau unsur-unsur kehidupan sosial yang mesti ditinggalkan atau diubah, (2) perubahan dengan orientasi pada suatu bentuk atau unsur yang memang bentuk atau unsur baru, (3) suatu perubahan yang berorientasi pada bentuk, unsur, atau nilai yang telah eksis atau ada pada masa lampau. Tidaklah jarang suatu masyarakat atau bangsa yang selain berupaya mengadakan proses modernisasi pada berbagai bidang kehidupan, apakah aspek ekonomis, birokrasi, pertahanan keamanan, dan bidang iptek; namun demikian, tidaklah luput perhatian masyarakat atau bangsa yang bersangkutan untuk berupaya menyelusuri, mengeksplorasi, dan menggali serta menemukan unsur-unsur atau nilai-nilai kepribadian atau jatidiri sebagai bangsa yang bermartabat.
Dalam memantapkan orientasi suatu proses perubahan, ada beberapa faktor yang memberikan kekuatan pada gerak perubahan tersebut, yang antara lain adalah sebagai berikut, (1) suatu sikap, baik skala individu maupun skala kelompok, yang mampu menghargai karya pihak lain, tanpa dilihat dari skala besar atau kecilnya produktivitas kerja itu sendiri, (2) adanya kemampuan untuk mentolerir adanya sejumlah penyimpangan dari bentuk-bentuk atau unsur-unsur rutinitas, sebab pada hakekatnya salah satu pendorong perubahan adanya individu-individu yang menyimpang dari hal-hal yang rutin. Memang salah satu ciri yang hakiki dari makhluk yang disebut manusia itu adalah sebagai makhluk yang disebut homo deviant, makhluk yang suka menyimpang dari unsur-unsur rutinitas, (3) mengokohkan suatu kebiasaan atau sikap mental yang mampu memberikan penghargaan (reward) kepada pihak lain (individual, kelompok) yang berprestasi dalam berinovasi, baik dalam bidang sosial, ekonomi, dan iptek, (4) adanya atau tersedianya fasilitas dan pelayanan pendidikan dan pelatihan yang memiliki spesifikasi dan kualifikasi progresif, demokratis, dan terbuka bagi semua fihak yang membutuhkannya.
Modernisasi, menunjukkan suatu proses dari serangkaian upaya untuk menuju atau menciptakan nilai-nilai (fisik, material dan sosial) yang bersifat atau berkualifikasi universal, rasional, dan fungsional. Lazimnya suka dipertentangkan dengan nilai-nilai tradisi. Modernisasi berasal dari kata modern (maju), modernity (modernitas), yang diartikan sebagai nilai-nilai yang keberlakuan dalam aspek ruang, waktu, dan kelompok sosialnya lebih luas atau universal, itulah spesifikasi nilai atau values. Sedangkan yang lazim dipertentangkan dengan konsep modern adalah tradisi, yang berarti barang sesuatu yang diperoleh seseorang atau kelompok melalui proses pewarisan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Umumnya tradisi meliputi sejumlah norma (norms) yang keberlakuannya tergantung pada (depend on) ruang (tempat), waktu, dan kelompok (masyarakat) tertentu. Artinya keberlakuannya terbatas, tidak bersifat universal seperti yang berlaku bagi nilai-nilai atau values. Sebagai contoh atau kasus, seyogianya manusia mengenakkan pakaian, ini merupakan atau termasuk kualifikasi nilai (value). Semua fihak cenderung mengakui dan menganut nilai atau value ini. Namun, pakaian model apa yang harus dikenakan itu? Perkara model pakaian yang disukai, yang disenangi, yang biasa dikenakan, itulah yang menjadi urusan norma-norma yang dari tempat ke tempat, dari waktu ke waktu, dan dari kelompok ke kelompok akan lebih cenderung beraneka ragam.
Spesifikasi norma-norma dan tradisi bila dilihat atas dasar proses modernisasi adalah sebagai berikut, (1) ada norma-norma yang bersumber dari tradisi itu, boleh dikatakan sebagai penghambat kemajuan atau proses modernisasi, (2) ada pula sejumlah norma atau tradisi yang memiliki potensi untuk dikembangkan, disempurnakan, dilakukan pencerahan, atau dimodifikasi sehingga kondusif dalam menghadapi proses modernisasi, (3) ada pula yang betul-betul memiliki konsistensi dan relevansi dengan nilai-nilai baru. Dalam kaitannya dengan modernisasi masyarakat dengan nilai-nilai tradisi ini, maka ditampilkan spesifikasi atau kualifikasi masyarakat modern, yaitu bahwa masyarakat atau orang yang tergolong modern (maju) adalah mereka yang terbebas dari kepercayaan terhadap tahyul. Konsep modernisasi digunakan untuk menamakan serangkaian perubahan yang terjadi pada seluruh aspek kehidupan masyarakat tradisional sebagai suatu upaya mewujudkan masyarakat yang bersangkutan menjadi suatu masyarakat industrial. Modernisasi menunjukkan suatu perkembangan dari struktur sistem sosial, suatu bentuk perubahan yang berkelanjutan pada aspek-aspek kehidupan ekonomi, politik, pendidikan, tradisi dan kepercayaan dari suatu masyarakat, atau satuan sosial tertentu.
Modernisasi suatu kelompok satuan sosial atau masyarakat, menampilkan suatu pengertian yang berkenaan dengan bentuk upaya untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang sadar dan kondusif terhadap tuntutan dari tatanan kehidupan yang semakin meng-global pada saat kini dan mendatang. Diharapkan dari proses menduniakan seseorang atau masyarakat yang bersangkutan, manakala dihadapkan pada arus globalisasi tatanan kehidupan manusia, suatu masyarakat tertentu (misalnya masyarakat Indonesia) tidaklah sekedar memperlihatkan suatu fenomena kebengongan semata, tetapi diharapkan mampu merespons, melibatkan diri dan memanfaatkannya secara signifikan bagi eksistensi bagi dirinya, sesamanya, dan lingkungan sekitarnya. Adapun spesifikasi sikap mental seseorang atau kelompok yang kondusif untuk mengadopsi dan mengadaptasi proses modernisasi adalah, (1) nilai budaya atau sikap mental yang senantiasa berorientasi ke masa depan dan dengan cermat mencoba merencanakan masa depannya, (2) nilai budaya atau sikap mental yang senantiasa berhasrat mengeksplorasi dan mengeksploitasi potensi-potensi sumber daya alam, dan terbuka bagi pengembangan inovasi bidang iptek. Dalam hal ini, memang iptek bisa dibeli, dipinjam dan diambil alih dari iptek produk asing, namun dalam penerapannya memerlukan proses adaptasi yang sering lebih rumit daripada mengembangkan iptek baru, (3) nilai budaya atau sikap mental yang siap menilai tinggi suatu prestasi dan tidak menilai tinggi status sosial, karena status ini seringkali dijadikan suatu predikat yang bernuansa gengsi pribadi yang sifat normatif, sedangkan penilai obyektif hanya bisa didasarkan pada konsep seperti apa yang dikemukakan oleh D.C. Mc Clelland (Koentjaraningrat, 1985), yaitu achievement-oriented, (4) nilai budaya atau sikap mental yang bersedia menilai tinggi usaha fihak lain yang mampu meraih prestasi atas kerja kerasnya sendiri.
Tanpa harus suatu masyarakat berubah seperti orang Barat, dan tanpa harus bergaya hidup seperti orang Barat, namun unsur-unsur iptek Barat tidak ada salahnya untuk ditiru, diambil alih, diadopsi, diadaptasi, dipinjam, bahkan dibeli. Manakala persyaratan ini telah dipenuhi dan keempat nilai budaya atau sikap mental yang telah ditampilkan telah dimiliki oleh suatu masyarakat tersebut. Khusus untuk masyarakat di Indonesia, sejarah masa lampau mengajarkan bahwa sistem ekonomi, politik, dan kebudayaan dari kerajaan-kerajaan besar di Asia seperti India dan Cina, yang diadopsi dan diadaptasi oleh kerajaan-kerajaan di Nusantara ini, seperti Sriwijaya dan Majapahit, namun fakta sejarah tidak membuktikan bahwa orang-orang Sriwijaya dan Majapahit, dalam pengadopsian dan pengadaptasian nilai-nilai kebudayaan tadi sekaligus menjadi orang India atau Cina.
Proses modernisasi sampai saat ini masih tampak dimonopoli oleh masyarakat perkotaan (urban community), terutama di kota-kota Negara Sedang Berkembang, seperti halnya di Indonesia. Kota-kota di negara-negara sedang berkembang menjadi pusat-pusat modernisasi yang diaktualisasikan oleh berbagai bentuk kegiatan pembangunan, baik aspek fisik-material, sosio-kultural, maupun aspek mental-spiritual. Kecenderungan-kecenderungan seperti ini, menjadikan daerah perkotaan sebagai daerah yang banyak menjanjikan kehidupan yang lebih baik bagi penduduk pedesaan, terutama bagi generasi mudanya. Obsesi semacam ini menjadi pendorong kuat bagi penduduk pedesaan untuk beramai-ramai membanjiri dan memadati setiap sudut daerah perkotaan, dalam suatu proses sosial yang disebut urbanisasi. Fenomena demografis seperti ini, selanjutnya menjadi salah satu sumber permasalahan bagi kebijakan-kebijakan dalam upaya penataan ruang dan kehidupan masyarakat perkotaan. Sampai dengan saat sekarang ini masalah perkotaan ini masih menunjukkan gelagat yang semakin ruwet dan kompleks.

E. BAGAIMANA CARA TEKNOLOGI MENYEBABKAN PERUBAHAN
Kini kita akan melihat bukti menarik yang menunjukkan teknologi mendorong perubahan. Ada dua pendekatan uang dilakukan untuk menunjukkan kekuatan memaksa teknologi. Kita dapat meneliti berbagai perubahan khusus dan mencoba mencari penyebabnya ke perubahan teknologi yang terjadi atau kita dapat memperhatikan penemuan teknologi tertentu dan mencoba merunut perkembangan selanjutnya. Akibat perubahan teknologi bagi perubahan sosial di kedua kasus di atas akan terlihat sangat besar.
Pendekatan pertama dilakukan oleh Ogburn dan Nimkoff dalam upaya mereka menerangkan berbagai perubahan dalam kehidupan keluarga. Perubahan sosial dalam keluarga, mula-mula diketahui dengan menggunakan sekelompok ahli, dan kemudian 8 perubahan utama dipilih dari daftar yang disajikan oleh kelompok ahli itu.
Delapan jenis perubahan utama dalam keluarga itu adalah :
1. Penekanan yang semakin besar terhadap percintaan
2. Perkawinan dalam usia yang semakin kecil
3. Anggota keluarga yang semakin kecil
4. Jumlah istri yang bekerja semakin besar
5. Kekuasaan orangtua yang semakin berkurang
6. Pemberian perhatian terhadap anak semakin besar
7. Angka perceraian yang semakin besar
8. Fungsi keluarga yang semakin mengecil
Perubahan ini kemudian dirunut kaitannya dengan penemuan teknologi. Sebagai contoh, bagaimana cara kita dapat menerangkan melemahnya ikatan kekeluargaan di dalam keluarga di dalalm keluarga modern? Mula-mula terdapat pengaruh migrasi dari desa ke kota yang menyebabkan pemisahan jarak pisik dan karena itu pemisahan sosial dan psikologis. Migrasi itu hanya mungkin karena inovasi di bidang transportasi seperti KA dan KA dimungkinkan oleh inovasi mesin uap. Jadi melalui proses sebab akibat berantai, kita sampai pada mesin uap sebagai faktor penyebab melemahnya ikatan kekeluargaan.
Pendekatan lain yang melacak akibat akibat inovasi, dicontohkan oleh karya Allen tentang penemuan mobil. Selain menerangkan akibat penemuan mobil terhadap kemajuan transportasi dan mobilitas sosial- Allen mengemukakan bahwa penemuan mobil mempunyai dampak terhadap pemerintahan (memperluas pelayanan dan menimbulka pengaruh politik baru) terhadap kesehatan individu, terhadap kebiasaan dan moralitas seksual, terhadap sikap dan sebagainya. Allen mengatakan bahwa pengaruhnya sebenarnya tak mungkin dikenali semuanya.
Ketimbang mencoba mengenali seluruh akibat penemuan mobil dalam masyarakat industri, kiranya lebih mudah mengenali akibat khusus inovasi teknologi dalam masyarakat primitif. Contoh upaya klasik adalah studi Linton mengenai sebuah suku Madagaskar bernama Betsiko yang berubah dari pertanian ladang ke pertanian sawah. Inovasi teknologi sederhana ini, yakni penemuan sistem irigasi, menyebabkan perubahan nyata dalam kehipan suku itu. Karena irigasi semakin meluas diterima di kalangan anggota suku, maka mereka tidak lagi memerlukan kerjasama dalam bentuk penggabungan beberapa keluarga yang semula sangat efektif dalam mengolah lahan kering. Satu keluarga saja sudah mampu memelihara sawah irigasi garapannya sendiri. Beberapa keluarga mulai pindah ke hutan di pinggir desa, menari lahan yang cocok untuk dicetak menjadi sawah baru, karena sawah di desa sudah tidak mencukupi lagi. Mobilitas ini menyebabkan terbentuknya desa-desa baru.
Desa baru ini selanjutnya memerlukan sejenis organisasi untuk memelihara dan mempertahankan desa mereka. Selanjutnya meskipun kerjasama beberapa keluarga ini tidak lagi mempunyai fungsi ekonomi, namun masih mempertahankan arti keagamaan. Sejak ikatan keluarga tersebar ke sejumlah desa, orang yang berasal dari berbagai desa berkumpul bersama untuk melaksanakan fungsi keagamaan. Juga terjadi perkawinan antardesa. Faktor-faktor ini membantu perkembangan perasaan sesuku antarwarga desa.
Akhirnya, karena perasaan sesuku ini berkembang terus dan kebutuhan pertahanan meningkat, maka sistem demokrasi kesukuan yang lama digantikan oleh monarki. Kini rakyat mempunyai seorang raja. Sebagai pengganti demokrasi, muncul sistem kasta dengan raja, bangsawan, rakyat biasa dan budak. Singkatnya keseluruhan segi kehidupan berubah secara radikal, sebagai akibatnya penemuan teknologi baru. Namun perlu diingat bahwa teknologi baru ini memberikan rakyat alternatif yang tak mereka punya sebelumnya. Pola baru kehidupan suku ini berangkali tak mungkin atau sekurang0kurangnya tak sesuai dengan kondisi kehidupan suku peladang yang lama. Tetapi ini tak berarti bahwa pola kehidupan baru itu tak terelakkan. Kita harus selalu membedakan antara perubahan yang diperlukan oleh teknologi dan perubahan yang ditimbulkan teknologi sebagai alternatif baru
Logika pendekatan yang melacak akibat dari teknologi baru ini mudah diikuti dan karena itu hasilnya mungkin memperdayakan. Ingat saja logika dan pengaruh serupa dari perkembangan teknologi seperti mobil, AC, dan TV. Berkenaan dengan mobil, pengaruh pertamanya adalah memperlancar perhubungan, berarti memungkinkann orang dapat bepergian e tempat yang jauh untuk membeli komoditi. Ini mengurangi frekuensi kontak dalam komunitas suatu kawasan menjadi tempat berkumpul masa yang saling merasa asing, yang hidup relatif terpisah satu sama lain. Karena itu orang terpaksa memenuhi kebutuhan pisiknya di dalam keluarga, dan jika anggota keluarga tak mampu memenuhi kebutuhan pisiknya itu, dapat menimbulkan kekecewaan dalam keluarga sehingga mengakibatkan perceraian.
Rentetan serupa itu dapat dilacak berkenaann dengan peningkatan penggunaan kulkas dan TV. Dengan adanya kulkas berarti makanan dapat disimpan di rumah dalam jangka lebih lama, sedangkan TV berarti ide baru sumber hiburan yang menarik masuk ke rumah. Akibatnya, orang betah di rumah lebih lama karena berkurangnya kebutuhan mencari hiburan di luar rumah. Ini berarti meningkatkan isolasi anggota komunitas saling menjadi asing satu sama lain. Keluarga menghasilkan sebagian besar pemuas kebutuhan pisiknya, dan menimbulkan akibat yang sama. Dengan kata lain, ketiga temuan teknologi yang dikemukakan di atas, memberikan sumbangan terhadap kehancuran kehidupan komunitas.
Betapapun masuk akalnya penjelasan di atas, dengan berpikir sedikit saja akan terlihat adanya alternatif lain yang sama masuk akalnya. Mobil yang menjauhkan orang dari komunitasnya itu, juga memudahkan orang untuk saling kunjung-mengunjungi maupun pergi ke toko berbelanja. Mobil juga dapat membantu memelihara ikatan kekeluargaan atau persahabatan, jadi membantu memenuhi kebutuhan pisik di luar keluarga dekat. Kulkas yang menyebabkan kurang seringnya kunjungan ke toko untuk berbelanja, juga dapat berarti memperbanyak waktu untuk mempererat hubungan antar pribadi dalam keluarga. Ini bukan dimaksud untuk mengatakan bahwa penafsiran terdahulu keliru dan yang belakangan ini benar, tetapi berarti bahwa kita harus hati-hati menerima argumen yang masuk akal tetapi kurang mempunyai dukungan empiris. Siapapun yang banyak mengetahui sejarah Amerika di awal abad 19 akan sangat meragukan bahwa kehancuran komunitas di zaman itu disebabkan oleh perkembangan teknologi. Artinya sedikit sekali bukti sejarah yang menunjukkan adanya suatu “komunitas” yang hancur karena dampak mobil, kulkas dan TV.
Bagaimanapun, peranan teknologi meningkatkan alternatif kita. Teknologi baru membawa cita-cita yang sebelumnya tak dapat dicapai dalam alam kemungkinan dan dapat mengubah kesukaran relatif atau memudahkan menyadari nilai-nilai yang berbeda. Jadi dengan inovasi teknologi berarti masyarakat berhadapan dengan sejumlah besar alternatif dan jika ia memilih alternatif baru, maka ia memulai peruahan besar di berbagai bidang.
Bahkan perubahan teknologi yang sangat kecil pun menimbulkan berbagai akibat berentet seperti itu. Whyte telah menunjukkan, penciptaan teknik di abad pertengahan menimbulkan akibat penting di bidang ekonomi dan sosial di eropa. Ia menyatakan bahwa penciptaan sanggurdi, yang mencapai eropa utara sekitar bahwa penciptaan sanggurdi, yang mencapai eropa utara sekitar abad 8, menyebabkan penataan kembali masyarakat abad pertengahan. Sanggurdi mengubah strategi perang, pasukan jalan kaki yang bertempur dalam barisan yang rapat, dibuat tak berdaya oleh kesatria berkuda. Sanggurdi memungkinkan kesatria berkuda membawa tombaknya selain dari melemparkan atau menusukkannya saja. Kesatria, kuda, dan tombak menjadi satu kesatuan baru menjadi senjata ampuh.
Untuk memelihara pasukan berkuda ini diperlukan modal sangat besar. Ini mengakibatkan reorganisasi sistem penyewaan tanah. Setiap kesatuan penyewaan tanah, mendukung pembiayaan pasukan berkuda. Sistem feodal, dengan kelas kesatrianya, diberi sebidang tanah dan memegang berbagai hak dan kewajiban, jadi muncul sebagai suatu alternatif yang diciptakan oleh teknologi militer baru.
Sanggurdi menciptakan alternatif baru. Segera setelah suatu alternatif baru dipilih, ada kemungkinan terjadi perubahan di seluruh masyarakat. Pemilihan alternatif baru dapat berakibat pemilihan tatanan sosial baru pula. Masyarakat yang memilih industrialisasi misalnya, adalah juga memilih penataan kembali aspek-aspek sistem stratifikasi sosialnya, sistem pendidikannya, dan sebagainya.
Cara kedua teknologi mempengaruhi perubahan adalah dengan mengubah pola-pola interaksi. Segera setelah inovasi teknologi diterima, mungkin akan terjadi pergeseran penting tertentu dalam pola interaksi, pergeseran yang dituntut oleh teknologi itu sendiri. Ini sangat jelas terlihat dalam organisasi industri, walaupun kita dapat mengacu kembali kepada pola perubahan yang mempengaruhi mobilitas. Tetapi penemuan mobil ini tidak mencerminkan suatu pergeseran penting, dalam kasus organisasi industri, perubahan dalam pola interaksi tak terelakkan.
Contoh perubahan tak terelakkan dalam pola interaksi adalah diperkenalkannya otomatisasi ke dalam pabrik mobil. Sejumlah faktor mempengaruhi frekuensi maupun jenis pola interaksi dalam pekerjaan termasuk jumlah perhatian yang dibutuhkan oleh pekerjaan, jumlah kegaduhan, dan jumlah tugas yang membutuhkan regu kerja. Otomatisasi sangat besar pengaruhnya terhadap variabel di atas, dan karena itu, terhadap interaksi.
Di dalam pabrik yang menerapkan otomatisasi, perhatian yang terus-menerus dan lebih teliti diperlukan oleh pekerja. Pola ruang diubah sedemikian rupa sehingga terdapat jarak yang lebih besar antara para pekerja. Para pekerja cenderung kurang mengontrol kecepatan bekerjanya. Mesin otomatis dibayangkan kebanyakan pekerja lebih gaduh ketimbang mesin non otomatis. Di dalam pabrik yang menerapkan otomatisasi, sedikit sekali tugas yang memerlukan regu kerja. Akibatnya, interaksi sosial di dalam kelompok-kelompok pekerja kurang sering setelah otomatisasi. Selanjutnya, interaksi melibatkan jumlah pekerja yang lebih sedikit, dan kualitas interaksi berrubah. Perasaan seregu kecil sekali, kebanyakan pekerja terpisah secara sosial menurut jalur produksi yang diotomatisasikan.
Otomatisasi juga mengubah hubungan antara pengawas daan pekerja. Karena perhatian yang lebih teliti diperlukan terhadap jalur yang diotomatisasikan, dan karena pekerja pada jalur itu mengontrol proporsi proses produksi yang lebih besar, maka pekerja ditundukkan pada sejumlah besar pengawas. Karena itu terdapat peningkatan frekuensi interaksi dengan atasan. Sayangnya, karena peranan mandor berubah dalam pabrik yang diotomatisasi, maka interaksi ini dirasakan dalam arti yang lebih negatif daripada hubungan antara atasan dan bawahan di dalam pabrik yang tidak melaksanakan otomatisasi.
Masalah serupa yang muncul karena diperkenalkannya komputar dalam perusahaan asuransi, distudi oleh Whisler. Komputer adalah teknologi informasi baru yang mempengaruhi sejumlah perubahan struktural dalam organisasi perubahan itu, teermasuk konsolidasi departemen, pengurangan jumlah tingkat dalam hirarki wewenang, pengurangan rentangan kontrol, dan semakin besarnya sentralisasi kontrol. Seperti dalam pabrik mobil terjadi perubahan penting dalam pola interaksi. Pegawai staf yang pekerjaannya dikomputerisasi, menghabiskan sebagian besar jam kerjanya sendirian sehingga terjadi penurunan nyata frekuensi komunikasi antar sesama mereka.
Singkatnya, pengaruh akhir otomatisasi atau organisasi bertingkat terhadap pola interaksi adalah meningkatkan interaksi manusia dengan mesin dan mengurangi frekuensi interaksi antar manusia. Whisler mengutip pernyataan seorang karyawan staf USAF yang mengamati akibat sistem SAGE terhadap pusat komando dan kontrol “salah satu hal paling aneh yang saya lihat mengenai permesinan massal ini adalah bahwa para insinyur, operator mesin, dan petuggas lapangan, masing-masing bergerak dan bekerja tanpa menyadari adanya orang lain”. Dalam skuadron lama, interaksi antar pribadi adalah penting untuk menyelesaikan tugas dalm susunan baru ini interaksi pada dasarnya hanya terjadi antara manusia dan sistem elektronik.
Perubahan di atas umumnya tidak diinginkan. Teknologi juga dapat membawa ke perubahan yang diinginkann dalam pola interaksi. Sebagai contoh, robin dan kilbride menemukan 4 cara di mana perubahan mikroteknologi mempengaruhi orang di pedesaan buganda. Mikroteknologi yang dimaksud meliputi peralatan seperti radio, sepeda, jam dinding, dan alat kontrasepsi. Pengaruhnya adalah seperti berikut :
1. Ekonomi menjadi semakin efisien, baik dilihat dari sudut produksi maupun distribusi dan terciptanya aspirasi mengenai konsumsi baru
2. Aktivitas komunitas meningkat dalam jumlah maupun lamanya
3. Timbulnya kadar identitas baru bagi individu
4. Intensitas informasi dan kuantitas kepastian serta keamanan yang dimiliki individu berubah.
Perubahan di atas tergolong sangat diinginkan warga desa. Contohnya, sepeda memudahkan warga desa bepergian dan membuat barang leih efisien. Mereka juga berpeluang meningkatkan hubungan pribadi, karena para pemilik sepeda dapat membonceng tetangga atau teman atau barang-barang ke pasar misalnya. Hubungan baru ini dimungkinkan karena meningkatnya mobilitas orang. Selanjutnya, pemilik sepeda memperoleh konsep diri yang meningkat karena ia mendapat status baru dalam komunitasnya. Tentu saja timbul masalah baru, namun yang jelas, pengenalan inovasi teknologi baru ke dalam suatu komunitas, tidak hanya membawa akibat negatif bagi warganya. Dikehendaki atau tidak, perubahan dapat terjadi dalam pola interaksi.
Cara ketiga teknologi mempengaruhi perubahan, terletak dalam kecenderungan perkembangan teknologi menimbulkan masalah sosial baru. Adanya masalah ini menimbulkan semacam tanggapan yang dapat mengakibatkan berbagai perubahan untuk menyelesaikannya. Contohnya, dalam perekonomian subsistensi kemiskinan mungkin tidak didefinisikan sebagai masalah sosial karena kehidupan manusia dibayangkan sangat tergantung pada nasib yang tak dapat diduga. Dalam masyarakat teknologi canggih yang makmur, kemiskinan menjadi masalah mendesak karena kehidupan manusia adalah fungsi dari penggunaan dan penyalahgunaan sumber-sumber. Dalam masyarakat primitif, kesehatan individu tergantung pada keanehan dewa-dewa atau kemanjuran tindakan tukang sihir. Dalam masyarakat modern, kesejahteraan individu menjadi perhatian, dan sampai taraf tertentu, menjadi tanggung jawab pemerintah. Jika tingkat kepadatan penduduk rendah dan kebutuhan untuk mendapatkan anak yang akan membantu mencari nafkah adalah besar, maka program KB akan menjadi tabu, baik secara keagamaan maupun pragmatis. Bila tekanan penduduk menghancurkan setiap harapan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, maka program KB menjadi perkara yang diperhatikan dan tanggung jawab pemerintah.
Dengan kata lain, teknologi membantu menciptakan dunia yang sangat rumpil dan sejumlah masalah baru, yang sebelumnya tak ada (karena memang belum ada atau belum dianggap sebagai masalah) atau tak terpecahkan. Masalah ini tentu sering diselesaikan dengan menerapkan teknologi atau dengan mengembangkan teknologi baru (misalnya pengendalian pencemaran). Berarti, kita menyelesaikan masalah dengan menggunakan teknologi semula yang menimbulkan masalah. Dalam menggunakan teknologi untuk menyelesaikan masalah, kitapun menciptakan masalah baru industrialisasi, menyelesaikan berbagai masalah kesejahteraan rakyat, kini industrialisasi menimbulkan kembali masalah baru berupa pencemaran lingkungan. Masalah pengendalian pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh pengembangan dan penggunaan teknologi canggih, menghadapkan kita pada masalah pengendalian dan penanggulangan di masa datang.
Contoh bagus masalah yang diciptakan teknologi, kikemukakan dalalm hasil studi burke tentang mesin uap. Burke menyatakan, bahwa pengaturan agen oleh pemerintah federal, yang tidak didasarkan pada undang-undang yng dikenal selam ini, yaitu adanya konteks perubahan yang digarifikasi untuk tindakan yang mudah di amerika abad 19. Perubahan berakibat semakin besarnya fasilitas mesin uap, atau berakiat jelek terhadap kapal uap yang dipakai berlayar. Penggunaan kapal uap memungkinkan orang amerika memanfaatkan jaringan transportasi sungai yang sangat murah, namun juga sangat berbahaya di awal abad 19.
Kapal uap yang mula-mula relatif aman karena masih mengunakan mesin uap bertekanan rendah. Ketika mesin uap bertekanan tinggi mulai digunakan, segera timbul berbagai masalah baru. Mesinnya mudah meledak, berbahaya bagi penumpang maupun awaknya. Pertengahan tahun 1817 terjadi 4 kali leakan kapal uap yang menewaskan 5 orang di timur dan menewaskan lebih dari 25 orang di sungai ohio dan mississippi. Tahun 1824 terjadi kebakaran kapal uap di pelabuhan new york, menewaskan 13 orang an mencederai lebih banyak lagi. Ledakan di new york ini akhirnya mengingatkan kongres tentang kegawatan situasi. Beberapa anggota kongres yakin bahwa diperlukan UU yang melarang penggunaan mesin uap bertekanan tinggi. Namun UU itu tak segera dihasilkan. Golongan masyrakat tertentu juga terlibat untuk memikirkan masalah itu. Institut franklin di piladelpia (didirikan untuk mempelajari dan mengembangkan ilmu terapan) melakukan penelitian intensif mengenai penyebab meledaknya ketel uap. Antara tahun 1825-1830 terjadi 42 kali ledakan, menewaskan sekitar 273 orang. Akhirnya di tahun 1830 sebuah UU disahkan. Undang-undang ini ditujukan pada masalah seperti menetapkan tekanan maksimum ketel uap yang diperkenankan dan membentuk sebuah badan yang akan mengambil tindakan terhadap pelanggar UU itu.
Jadi, kombinasi reaksi publik dan tindakan kongres menghasilkan mekanisme formal yang mengatur sektor industri swasta oleh pemerintah. Ini adalah kebalikan dari kecenderungan desentralisasi di penghjung abad 18, dan merupakan bagian dari gelombang baru campur tangan pemerintah ke dalam sektor swasta. Jadi, penerapan inovasi teknologi, menimbulkan masalah sosial dan upaya penyelesaian masalah itu menimbulakan perubahan berarti dalam hubungan antara pemerintah dan industri. 
Kombinasi dari adanya masalah dan potensi penanggulangannya itulah yang menciptakan tekanan untuk berubah. Masalah mungkin tak teselesaikan terlepad dari perubahan dalam pemerintah atau perubahan dalam hubungan kekuasaan antara pemerintah dan swasta atau perubahan dalam hirarki nilai-nilai kita sebagai ilustrasi, bayangkanlah kemajuan teknologi kedoteran dan kesehatan orang jompo. Perkembangan teknologi kedokteran telah memungkinkan pemeliharaan kesehatan orang jompo semakin bertambah baik. Dalam pada itu, biayanya sangat tinggi sehingga pemeliharaan kesehatan orang jompo ini menjadi masalah umum. Akibatnya di AS terus dilanjutkan perjuangan yang menimbulkan perubahan program pemerintah (dimulai dengan pemeliharaan dan bantuan kesehatan sejak tahun 1965), mengubah sikap para dokter terhadap organisasi pemeliharaan kesehatan serta menimbulkan perdebatan umum mengenai seberapa jauh tanggung jawab kolektif dalam pemeliharaan kesehatan orang jomp. Perdebatan itu berakar dalam kadar nilai-nilai individualistis dan milai-nilai kolektif, dan perdebatan di kongres mengenai perkara pemeliharaan kesehatan ini di tahun 1971, sejalan dengan perbedaan antara kedua pola nilai tersebut. 
Bentuk-bentuk perubahan sosial
Pada umumnya dikenal pembagian jenis perubahan sosial dalam:
a. Sosial evolution
b. Social mobility
c. Social revolution


PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan maka kesimpulan yang dapat dipaparkan dalam makalah ini adalah :
1. Perubahan sosial dapat diartikan sebagai segala perubahan pada lembaga-lembaga sosial dalam suatu masyarakat. Perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial itu selanjutnya mempunyai pengaruhnya pada sistem-sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, pola-pola perilaku ataupun sikap-sikap dalam masyarakat itu yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial.
2. Proses perubahan sosial terdiri dari tiga tahap barurutan : (1) invensi yaitu proses di mana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan, (2) difusi, ialah proses dimana ide-ide baru itu dikomunikasikan ke dalam Sistem sosial, dan (3) konsekwensi yakni perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem social sebagai akibat pengadopsian atau penolakan inovasi.
3. Perubahan sosial selalu menimbulkan perubahan dalam masyarakat, salah satunya adalah globalisasi yang menimbulkan berbagai dampak baik positif maupun negative dari sisi positif misalnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dinikmati seluruh kelompok sosial masyarakat.

B. Saran
Perubahan sosial dalam masyarakat tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu, olehnya itu kita sebagai bagian dari kelompok sosial harus berusaha mengendalikan perubahan itu ke arah yang positif agar budaya yang terbentuk dari perubahan sosial dapat memberikan manfaat bagi kelangsungan hidup manusia yang makmur dan damai.

DAFTAR PUSTAKA


Aris Tanudirjo, Daud. 1993. Sejarah Perkembangan Budaya di Dunia dan di Indonesia. Yogyakarta:Widya Utama

Gumgum Gumilar, 2001. Teori Perubahan Sosial. Unikom. Yogyakarta.

Soekmono, R.tt. 1988. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta:Kanisius

Suyanto, 2002. Merefleksikan Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia. Kompas, 17 Desember 2002, hal. 5.

http://jibis.pnri.go.id/informasi-rujukan/indeks-makalah/thn/2007/bln/03/tgl/29/id/1002

http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosial_budaya

0 komentar:

Posting Komentar